Bagi orang yang sedang berusaha menurunkan berat badan, lapar menjadi musuh tersendiri karena jika perut tak segera diisi dorongan untuk makan berlebihan pun semakin besar. Untuk menyiasatinya, pakar gizi dari Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. Fiastuti Witjaksono, Sp.GK (K) menyarankan untuk menerapkan pola makan tinggi protein.
"Seperti halnya serat, protein juga punya efek mengenyangkan karena ia memiliki termik efek yang tinggi yakni proses pemakaian energi untuk mengubah makanan yang kita asup," kata Dr. Fiastuti di Jakarta, Selasa (13/3/2012).
Ia menjelaskan, di dalam saluran cerna, protein akan merangsang peningkatan hormon anoreksigenik dan menurunkan hormon roksigenik. "Hormon aneroksigenik membuat nafsu makan berkurang," katanya.
Dalam penelitian disertasi yang dilakukannya, Fiastuti meneliti 60 orang perempuan obesitas yang dibagi menjadi tiga kelompok pola makan. Hasilnya, mereka yang memiliki pola makan tinggi protein cenderung lebih jarang lapar sehingga asupan kalorinya lebih sedikit.
"Menurut angka kecukupan gizi, seharusnya kita mengonsumsi protein 15-20 persen dari total kalori. Untuk mereka yang ingin berdiet bisa menerapkan jumlah kalori lebih tinggi lagi yakni sekitar 40 persen," katanya.
Diet tinggi protein bisa diterapkan dengan mengasup susu tinggi protein, putih telur, atau ikan. "Untuk mudahnya, kita mengonsumsi lauk pauk lebih tinggi dari karbohidrat," paparnya.
Ditambahkan olehnya, diet tinggi protein ini akan lebih efektif jika digabungkan dengan serat. "Jangan lupa memasukkan sayur dan buah dalam pola makan," katanya.
Kendati begitu, Fiastuti menyarankan agar diet tinggi protein ini diterapkan pada satu waktu makan saja, misalnya saat sarapan atau saat kita akan lembur di kantor. Dengan demikian kita tidak tergoda untuk ngemil berlebihan.
"Tidak disarankan untuk melakukan diet tinggi protein terus menerus karena bisa menyebabkan kita kekurangan nutrisi," pungkasnya.