Kompas.com - Kulit merupakan aksesoris terluar dan terindah dari tubuh, jadi keseluruhan tampilannya tidak boleh disepelekan. Kulit yang lembut, halus, dan lembab adalah kunci utama penampilan
Meski kita tinggal di negara tropis ternyata masalah kelembaban kulit masih menjadi persoalan. Sinar matahari, paparan pendingin ruangan, pertambahan usia, hingga diet yang tidak sehat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kulit mengering. Faktor tersebut disebut juga dengan faktor eskternal.
Sementara itu faktor internal yang memengaruhi kelembaban kulit adalah air. Jika tubuh kekurangan air maka air di dalam sel-sel kulit akan berkurang. Daya tahan dan fungsi enzim pun menurun, struktur stratum korneum lebih sedikit, sehingga kulit mengering dan menjadi kasar.
Perlu diketahui sekitar sepertiga air di tubuh berada di bawah kulit. Semakin dalam lapisannya, makin tinggi kadar airnya. Karenanya jika pasokan air dalam tubuh cukup, air bisa diangkut melalui pembuluh darah sampai ke lapisan kulit bagian atas. Air-air ini dialirkan di antara sel-sel melalui saluran yang sangat kecil yang dikenal sebagai aquaporin.
Dalam sebuah sel bisa terdiri dari 200.000 aquaporin. Makin banyak jumlahnya maka akan semakin banyak terbentuk saluran untuk transportasi air di dalam sel sehingga kelembaban kulit tetap terjaga. Itu sebabnya, meski asupan air minum kita sudah cukup tetapi jika jumlah aquaporin dalam kulit sedikit, kulit kering dan bersisik tetap akan menghampiri.
Menurut Dr.Christopher mummert, group manager regional development Beiersdorf AG Hamburg, produk pelembab kulit yang ada di pasaran melembabkan kulit dengan dua cara, yakni mengikat dan menjaga air tetap di permukaan kulit, serta membentuk pelindung untuk mengurangi penguapan air.
Menurut Mummert, kedua prinsip tersebut tidak menjamin penyebaran air merata pada semua sel kulit karena tidak ada saluran yang membuat air mengalir di antara membran sel. Selain itu pemakaian pelembab seperti itu memerlukan pengulangan, padahal kulit orang Asia mudah teriritasi.
Menjaga kelembaban, menurut Mummert, sebaiknya bukan cuma di lapisan kulit atas saja, tapi di seluruh lapisan epidermis. "Yang terpenting sebenarnya adalah memperbanyak aquaporin di seluruh sel sehingga air yang masuk tersebar ke segala arah sehingga lebih banyak air yang terikat dan lebih banyak air mengalir ke area kulit yang tidak seimbang," katanya dalam sebuah acara media edukasi di Jakarta beberapa waktu silam.
Berawal dari pemahaman akan fungsi aquaporin bagi kelembaban kulit yang pertama kali ditemukan oleh Profesor Peter Agre tahun 2002 itu, para ilmuwan di Beiersdorf, Jerman, melalui produk Nivea melakukan penelitian selama 7 tahun dan menemukan bahwa Hydra IQ dapat meningkatkan aquaporin di dalam kulit.
"Hydra IQ merupakan terobosan karena bisa menstimulasi terbentuknya aquaporin baru. Penelitian juga menunjukkan kulit yang diberikan hydra IQ lebih lembab secara intens bahkan di lapisan kulit paling atas. Bahkan kulit tidak perlu diolesi pelembab berulang-ulang," paparnya.
Molekul hydra IQ ini mirip dengan bagian alami kulit yakni glukosa dan gliserol, yang ditemukan secara alami ditemukan pada ganggang hijau biru. "Seperti tumbuhan ganggang yang dapat menjaga kadar airnya walaupun hidup di iklim yang ekstrim, seperti itulah Hydra IQ menjaga kelembaban kulit kita," kata Ika Paramita, group brand manager Beiersdorf Indonesia, dalam kesempatan yang sama.
Hydra IQ, lanjut Ika, adalah standar teknologi pelembab terbaru dan merupakan unggulan Nivea dalam produk kosmetiknya. "Nantinya semua produk kosmetik Nivea akan dilengkapi dengan Hydra IQ, namun pada tahap awal baru produk pelembabnya dulu dalam berbagai varian," katanya.